Benign Prostat
Hyperplasia
Dosen Tutorial : dr Novreka Sipayung, MKT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
2016
Pemicu
Seorang
laki-laki, umur 60 thaun datang ke Puskesmas mengeluh sebentar-sebentar buang
air kecil diikuti dengan aliran kecing yang tidak lancar. Penderita juga
mengeluh sangat terganggu terlebih-lebih pada waktu malam sampai tidak bisa
tidur. Kadang-kadang diikuti darah pada akhir buang air kecil. Kejadian ini
menurut penderita sudah dialaminya selama sekitar 3 bulan. Sering berobat
kepada shinshe tetapi tidak sembuh-sembuh. Pada pemeriksaan penderita sedikit
pucat dan sedikit gelisah
Pemeriksaan PD :
Pols 85x/menit. Temp 37,5. Tensi 160/90 mmHg
Apa yang terjadi
pada bapak tersebut?
More Info 1
Colok dubur
prostat teraba permukaan rata, tidak kras seperti batu, pinggir lobus lateralis
sinistra dan dextra teraba, demikian juga pinggir atas.
More Info 2
Hasil
pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah Hb 12 mg%, Ureum 40 mg%, PSA 0,1 mg%. Urinalisa: Prot (-), sedimen
eritrosit 0-1/lpb, leukosit 0-1/lpb
Unfamiliar
Terms
-
Masalah
Sebentar-sebentar
BAK diikuti kencing tidak lancar
Analisa
Masalah
Hipotesa
Benign
Prostat Hyperplasia
Learning
Issue
I.
Anatomi,
Histologi, dan Fisiologi Kelenjar Prostat
II.
DD
pemicu
III.
Definisi,
Etiologi dan Patogenesis BPH
IV.
Derajat
BPH
V.
Penegakan
Diagnosa BPH
a.
Anamneses
dan Pemeriksaan Fisik
b.
Gejala
Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
VI.
Penatalaksanaan
BPH
VII.
Komplikasi
dan prognosis
VIII.
Indikasi
Rujukan
Pembahasan
I.
ANATOMI,
HISTOLOGI, DAN FISIOLOGI KELENJAR PROSTAT
A. Anatomi Prostat
PROSTAT
•
Organ asesoris pada sistem reproduksi
pria yang mengelilingi urethra
•
Bentuk seperti piramid terbalik, dengan
bagian basis yg lebar dekat collum vesica,bagian apex yang sempit
•
Ukuran 4x3x2 cm, sebesar biji kenari
•
Strukturnya 2/3 berupa glandular, 1/3
nya berupa fibromuscular
• Dibungkus oleh capsula fibrosa &
fascia prostatica yang tebal di bagian luar à diantara
keduanya plexus prostaticus
• Bagian posterior fascia prostatika
membentuk lapisan lebar & tebal à fascia
Denonviliers à
fascia ini mudah dilepas dari fascia rectalis di belakangnya à
penting pada operasi prostat
•
Posisi prostat diperkuat oleh
lig.prostaticum
•
Batas-batas :
ü Anterior
: symphisis pubic
ü Posterior
: ampulla recti
ü Superior
: vesica urinaria
ü Inferior
: diafragma urogenitalis
Bagian-bagian prostat :
• Basis prostatae (superior)
à
berhubungan dengan vesica urinaria pada bidang horizontal,posisi melalui bagian
tengah symphisis pubica
•
Apexprostatae(inferior)
à
terletak di atas diafragma urogenitalis,1,5cm dibelakang bagian bawah symphisis
pubica
Bagian-bagian
prostat :
•
Facies anterior :
dipisahkan dari os pubis oleh spatium retropubicum
•
Facies posterior :
berhubungan dgn vesicula seminalis & ductus deferens,ampula recti
•
Facies inferolateralis :
M.levator ani
•
Pembagian Lobus Prostat
•
Isthmus (lobus anterior)
-
Terletak di anterior urethra
-
fibromuskular
•
Lobus inferoposterior
-
Terletak posterior terhadap urethra, inferior terhadap ductus ejaculatorius
•
Lobus lateral (dex&sin)
-
Pada kedua sisi urethra
Bagian
terbesar pd prostat
•
Lobus mediana
-
Terletak antara urethra & dukctus ejaculatorius3
A. Fisiologi Prostat
Fungsi
Prostat
-
Mengeluarkan Cairan basa yang
menetralkan sekresi vagina yang asam.Suatu fungsi penting karena sperma lebih
dapat hidup dilingkungan yang sedikit basa.
-
Menghasilkan enzim pembekuan dan
fibrinolizin
Enzim
pembekuan prostat bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis untuk
menghasilkan fibrin, yang “membekukan” semen sehingga sperma yang diejakulasi
tetap berada di sal.reproduksi wanita ketika penis dikeluarkan.
Suatu
enzim pengurai fibrin dari prostat sehingga sperma dapat bergerak bebas di sal.
Reproduksi wanita.4
Miksi
Kapasitas maksimum vesica urinaria orang
dewasa adalah sekitar 500 ml. Miksi merupakan suatu kerja refleks yang pada
orang dewasa normal dikendalikan oleh pusat yang lebih tinggi cji otak. Refleks
berkemih mulai bila volume urin rnencapai kurang lebih 300 ml. Reseptor
regangan di dalam dinding vesica urinaria terangsang dan impuls tersebut
diterLrskafi ke susLrnan saraf pusat dan orang itu mempunyai kesadaran ingin
berkernih. Sebagian besar impuls nalk ke atas melalui nervi splanchnici pelvici
dan masuk ke segmen sacralis kedua, ketiga. keempat medula spinalis (Gambar
21-18). Sebagian impuls aferen berjalan bersama dengan saraf simpatik yang
membentuk plexus hypogastricus dan masuk segmen lumbalis pertama dan kedua medula
spinalis. lmpuls eferen parasimpatik meninggalkan medula spinalis dari segmen
sacralis kedua, ketiga, dan keempat lalu berjalan melalui serabulserabut
preganglionik parasimpatik ciengan perantaraann nervi splanchnici pelvici dan
plexus hypogaslricLrs inferior ke dinding vesica urinaria. tempat nervus
tersebut bersinaps dengan neuron posganglionik. Melalui lintasan saraf ini,
otot polos dinding '",esica urinaria (musculus detrusor vesicae)
berkontraksi dan .nusculus sphincter vesicae dibua{ relaksasi. lmpuls eferen
juga ber-jalan ke musculus sphincter urethrae melalui nervus pudendus (52,
-", dan 4), dan menyebabkan relaksasi. Bila urin masuk ke urethra. impuls
aferen tambahan berjalan ke medula spinalis dari uretbfa dan memperkuat
refleks. N4iksi dapat dibantu oleh kontraksi otcri-otot abdomerr yang menaikkan
tekanan intraabdominalis dan tekanan pelvicus sehingEa timbul tekanan dari luar
nada dinding
KELENJAR TAMBAHAN
Kelenjar
tambahan saluran reproduksi pria menghasilkan sekret yang ditambahkan ke dalam
sperma selama ejakulasi untuk menghasilkan semen dan penting untuk reproduksi.
Kelenjar genital tambahan meliputi vesicula seminalis, kelenjar prostat, dan
kelenjar bulbouretra. Kedua vesicula seminalis terdiri atas saluran sepanjang
sekitar 15 cm yang sangat berkelok. Mukosa khas memperlihatkan sejumlah besar
lipatan tipis kompleks yang mengisi sebagian besar lumen.Lipatanini dilapisi
oleh selapis epitel kolumnar atau epitel kolumnar bertingkat yang banyak
memiliki granula sekretoris. Lamina propria mengandung serat elastin dan
dikelilingi otot polos dengan lapisan sirkular dalam danlongifudinal luar.
Vesicula seminalis merupakan kelenjar eksokrin yang memproduksi sekret kental
kekuningan yang mengandung fruktosa, sitrat, inositol, prostaglandin, fibrinogen,
serta enzim dan protein lain. Komponen semen tersebut, yang biasanya membentuk
sekitar 70% ejakulat, memberikan sumber energi nutrien untuk sperma/
mengkoagulasikan semen setelah ejakulasi, dan memengaruhi aktivitas saluran
reproduksi wanita. Tinggi sel epitel vesicula seminalis dan derajat aktivitas
sekresinya berganfung pada kadar testosteron yang adekuat. Kelenjar prostat
merupakan suafu organ padat yang mengelilingi urethra di bawah kandung kemih.
Kelenjar ini berukuran sekitar 2 cm x 3 cm x 4 cm dan berat sekitar 20 g.
Prostat merupakan suatu kumpulan 30-50 kelenjar tubuloalveolar yang bercabang,
yang kesemuanya dikelilingi oteh stroma fibromuskular padat yang dilapisi oleh
suatu simpai. Kelenjar tersebut tersusun berupa lapisan konsentris di sekitar
urethra: lapisan internal kelenjar mukosa, lapisan intermedia kelenjar
submukosa, dan lapisan perifer dengan kelenjar utama prostat Duktus dari setiap
kelenjar dapat bersafu tetapi kesemuanya bermuara langsung ke dalam urethra
pars prostatica, yang menembus bagian pusat prostat (Gambar 21-1). Prostat
mempunyai tiga zona yang sesuai dengan lapisan kelenjar:
Ø Zona
transisi menempati sekitar 5% volume prostat, mengelilingi urethra prostatica,
dan memiliki kelenjar mukosa yang bermuara langsung ke dalam urethra.
Ø Zona
sentral menempati 25% volume kelenjar dan memiliki kelenjar submukosa dengan
duktus yang lebih panja
Ø Zona
perifer menempati sekitar 70ok prostat dan memiliki kelenjar utama dengan
duktus yang lebih panjang. Kelenjar area ini merupakan tempat tersering
timbulnya peradangan dan kanker.
Kelenjar
tubuloalveolar prostat dibentuk oleh selapis epitel silindris atau epitel
bertingkat silindris. Getah kelenjar prostat mengandung berbagai glikoprotein
dan enzim dan menyimpan getah ini untuk dikeluarkan selama ejakulasi. Sejumlah
besar stroma fibromuskular mengelilingi keleniar tersebut (Gambar 21-16).
Prostat dikelilingi oleh suatu simpai fibroelastis. Septa dari simpai ini
mempenetrasi kelenjar dan bercabang menjadi lobuslobus tersendiri. Seperti
vesicula seminalis, struktur dan fungsi prostat bergantun[ pada kadar
testosteron. Badan sferis kecil yang berdiameter 0,2-2 mm dan sering mengalami
kalsifikasi, sering dijumpai dalam lumen kelenjar prostat (Gambar 21.-1.6).
Badan bulat ini disebut corpora amylaceum atau konkremen prostat darr terutama
mengandung deposit glikoprotein dan glikosaminoglikan sulfat (GAG), terutama
keratan sulfat. Jumlahnya meningkat seiring pertambahan usia tetapi tampaknya
tidak memiliki makna fisiologis atau klinis. Pasangan kelenjar bulbouretra
(kelenjar Cowper) yang berdiameter 3-5 mm, terletak pada diafragma urogenital
(Gambar 21-1) dan bermuara ke dalam bagian proksimal urethra penis. Setiap
kelenjar memiliki sejumlah lobulus dengan unit sekretoris tubuloalveolar yang
dilapisi oleh epitei kolumnar selapis penyekresi-mukus yang bergantung pada
testosteron. Septa di antara lobulus mengandung sel otot polos. Selama ereksi,
kelenjar bulbourethra, serta sejumlah besar kelenjar urethra kecil yang serupa
di sepanjang urethra, melepaskan sekret jernih yang menyerupai mukus dan
mengandung berbagai karbohidrat kecil yang menyelubungi dan melumasi lapisan
urethra sebagai persiapan pasase sperma.
B. Histologi
Prostat atau glandula prostat atau prostata merupakan
kelenjar aksesoris terbesar pada sistem reproduksi pria. Ukurannya setara
dengan kacang kenari. Selain prostat, kelenjar aksesoris lainnya yakni:
sepasang vesicula seminalis dan sepasang glandula bulbourethrales. Semua
struktur tersebut akan mensekresikan cairan yang akan bercampur dengan
spermatozoa membentuk semen.
Sebagian besar bagian prostat terdiri dari 30—50
komponen kelenjar tubuloasinar atau tubuloalveolar yang kecil serta
bercabang-cabang. Lapisannya dapat dibagi menjadi 3 lapisan konsentris: paling
dalam yakni lapisan mukosa, kemudian lapisan submukosa, dan lapisan perifer
yang terdiri dari kelenjar utama dari prostat.
Beberapa bagian dari kelenjar prostat berisi agregasi sekresi solid yang
disebut concretio prostatica atau corpora amylacea di dalam asinar. Selain
komponen kelenjar, prostat juga memiliki bagian berupa stroma fibromuskular
yang dibentuk oleh serabut-serabut otot polos yang bercampur dengan serabut
kolagen dan elastik, mengelilingi glandula prostat dan urethra prostatica.
Ukuran asinus glandular prostat sangat bervariasi
dengan lumen-lumen asini yang normalnya lebar dan ireguler karena adanya
protrusi lipatan-lipatan jaringan ikat yang dilindungi epithelium. Concretio
prostatica yang ada di dalam asinus terbentuk dari lapisan-lapisan sekresi
prostat yang terkondensasi secara konsentris dan hal tersebut merupakan ciri
khas dari asinus glandula prostat. Jumlah concretio prostatica akan bertambah
seiring usia dan dapat terkalsifikasi.
Epithelium pelapis glandula prostat umumnya berupa simpleks collumnare
atau pseudostratificatum collumnare. Tapi pada beberapa bagian, epithelium
dapat berupa squamosum atau kuboid.
Ductus ekskretorius glandula prostat sering menyerupai
asinus glandula. Pada bagian terminal dari ductus, epithelium biasanya
berbentuk collumnar dengan warna cat yang lebih gelap sebelum akhirnya memasuki
urethra pars prostat.
Stroma fibromuscular yang merupakan bagian lain dari glandula prostat,
terdiri dari serabut otot polos dan jaringan ikat yang bercampur bersama stroma
dan terdistribusi pada glandula.
Parenkim glandula prostat terdiri dari glandula-glandula prostat
individual dengan berbagai ukuran dan bentuk. Epithelium glandular bervariasi
dari simpleks cuboid atau collumnar hingga pseudostratifiatium. Pada lansia,
akan terjadi presipitasi materi sekresi membentuk concretio prostatica.
I.
DD
Pemicu
1.
KANKER KANDUNG KEMIH
1.A DEFENISI
Kanker kandung
kemih merupakan kanker urologi umum. Hampir semua kanker kandung kemih berasal
dari urothelium, yang merupakan lapisan mukosa 3- 7-sel dalam kandung kemih
otot.
1.B ETIOLOGI
O paparan lingkungan : pengguna tembakau dan asap
rokok yg mengandung Nitrosamin, 2-naphthylamine, dan 4-aminobiphenyl yang
mungkin agen karsinogenik
O paparan zat : amina aromatik, hidrokarbon
aromatik polisiklik dan logam berat.
O Pengobatan radiasi panggul
O Kemoterapi dengan cyclophosphamide -
Meningkatkan risiko kanker kandung kemih melalui paparan akrolein, metabolit
kemih siklofosfamid
O Cedera tulang belakang yang memerlukan jangka
panjang kateter - Peningkatan 16- 20 kali lipat risiko pengembangan SCC kandung
kemih
1.C MANIFESTASI KLINIS
O hematuria
O Disuria
O Urgensi
O frekuensi buang air
kecil
O Panggul atau tulang nyeri
O ekstremitas bawah edema
O nyeri panggul - Pada pasien dengan penyakit
lanjut
O Teraba massa pada pemeriksaan fisik - Langka
pada kanker kandung kemih dangkal
2.
PROSTATITIS
2.A DEFENISI
Prostatitis adalah
infeksi atau peradangan pada kelenjar prostat/peradangan mikroskopis dari
jaringan kelenjar prostat.
2.B KLASIFIKASI
Tahun 1999, Menurut Institutes of Health (NIH) di berikut:
I
- Prostatitis Bakteri Akut
II -
Prostatitis Bakteri Kronis
III -
Prostatitis Kronis Dan Sindrom Nyeri
Panggul
Kronis (PSKK; lanjut
diklasifikasikan sebagai inflamasi atau
non-inflammatory)
IV
- Prostatitis Inflamasi Asimtomatik
2.C ETIOLOGI
Prostatitis Bakteri Akut
O naik infeksi melalui uretra, refluks urin ke
saluran prostat, atau perpanjangan langsung atau penyebaran limfatik dari
rektum.
O Sekitar 80% dari patogen adalah organisme
gram-negatif (misalnya, Escherichia coli, Enterobacter, Serratia, spesies
Pseudomonas, Enterococcus, dan Proteus).
Prostatitis Bakteri Kronis
O E coli bertanggung jawab untuk 75-80% dari
kasus prostatitis bakteri kronis.
O Enterococci dan gram negatif aerob seperti
Pseudomonas biasanya terisolasi di sisa kasus.
O C trachomatis, spesies Ureaplasma, Trichomonas
vaginalis
O organisme jarang, seperti M tuberculosis dan
Coccidioides, Histoplasma, dan Candida spesies, juga harus diperhatikan.
prostatitis tuberkulosis dapat ditemukan pada pasien dengan TB ginjal
O human immunodeficiency virus
O cytomegalovirus
O kondisi peradangan (misalnya sarkoidosis)
Prostatitis Kronis Dan Sindrom Nyeri Panggul Kronis
O Penyebab prostatitis kronis dan sindrom nyeri
panggul kronis :
ü
Fungsional
atau struktural kandung kemih patologi, seperti obstruksi primer vesikalis
leher, pseudodyssynergia (kegagalan sphincter eksternal untuk bersantai selama
berkemih), gangguan detrusor kontraktilitas, atau otot detrusor acontractile
ü
obstruksi
saluran ejakulasi
ü
Peningkatan
ketegangan dinding samping panggul
ü
peradangan
prostat spesifik
Prostatitis Inflamasi Asimtomatik
ü
mirip
dengan Prostatitis Inflamasi Kronis Tanpa Gejala.
2.D MANIFESTASI KLINIS
O Demam
O Menggigil
O Nocturia
O Kesulitan berkemih
O Disuria
O Perbesaran prostat
O Hematuria
O Rasa sakit saat ejakulasi
O Rasa skit dan tidak nyaman pada oerut bagian
daerah penis, testis, dan perineum
O Urine bernanah
O Terasa panas saat BAK saat Ejakulasi
3.
STRIKTURA URETRA
3.A DEFENISI
Striktura uretra adalah penyempitan lumen akibat dari adanya
pebentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra.
3.B ETIOLOGI
O traumatik atau iatrogenik.
O inflamasi atau infeksi, ganas, dan bawaan.
3.C MANIFESTASI KLINIS
O Pancaran urin yang kecil dan bercabang
O Disuria
O Retensi urin
Perbandingan
BPH dengan Ca Prostat :
Kanker prostat
1.
Prevalensi
- Jenis kanker yang paling umum pada laki-laki.
2.
Penyebab
- masih belum diketahui sepenuhnya, sama seperti etiologi kanker pada umumnya
3.
Tanda
umum - Pembesaran prostat, rasa keras dan bergerigi pada pemeriksaan rektal .
4.
Lab
rujukan - PSA dan alkali fosfatase
5.
Lokasi - Biasanya lobus lateral prostat (sisi
prostat), tetapi bisa di bagian mana saja.
6.
Gejala
awal yang paling umum - gejala kencing abnormal seperti frekuensi buang air
kecil yang meningkat, anyang-anyangan, dan sering buang air kecil di malam
hari.
7.
Perluasan - Paling umum ke daerah-daerah di sekitar
prostat dalam panggul, tetapi bisa mermetastase ke tulang.
8.
Pengobatan
- Tergantung pada agresivitas kanker dan adanya masalah medis lainnya,
pengobatan dapat berkisar dari pemantauan dekat dengan pembedahan untuk terapi
radiasi untuk terapi hormonal untuk sejumlah pilihan yang kurang umum lainnya.
BPH - jinak prostatic hyperplasia
1.
1.Prevalensi
- Sangat umum pada laki-laki setelah usia 40 dan penyebab paling umum dari
obstruksi saluran kemih laki-laki.
2.
Penyebab
- Peningkatan kadar testosteron disertai proses fisiologis yang terjadi secara
normal seiring bertambahnya usia.
3.
Pemeriksaan
Fisik - pembesaran prostat, rasa kenyal dan licin pada pemeriksaan rektal .
4.
Lab
Rujukan - PSA
5.
Lokasi
- Biasanya bermula dari bagian tengah prostat.
6.
Gejala
awal yang paling umum - gejala kencing abnormal seperti frekuensi buang air
kecil yang meningkat, anyang-anyangan, dan sering buang air kecil di malam
hari.
7.
Perluasan
- BPH tidak dapat menyebar ke area lain dari tubuh.
8.
Pengobatan
- Tergantung pada beratnya gejala. Tidak ada obat untuk mengecilkan prostat,
obat hanya untuk menghentikan atau memperlambat permbesaran. Operasi dilakukan
untuk menghapus bagian tengah prostat untuk membuka bendungan pada saluran aliran urin.
II.
DEFINISI,
ETIOLOGI, DAN PATOGENESIS BPH
DEFENISI
Hipertrofi prostat benigna (HPB) adalah
kelainan histologis yang khas ditandai dengan proliferase sel-sel prostat.
Istilah lain dari HPB adalah pembesaran/pertumbuhan kelenjar prostat yang
menyebabkan sumbatan pada uretra dan menyebabkan terjadinya gejala pada traktus
urinarius bawah (lower urinary tract symptom-LUTS), infeksi saluran kemih
(ISK), hematuria atau membahayakan fungsi traktus urinarius bagian atas.
HPB juga didefenisikan sebagai
pertumbuhan histologik kelenjar prostat jinak (non malignan). Dengan demikian secara umum istilah HPB
digunakan apabila terdapat indikasi pembesaran prostat atau seseorang yang
mempunyai gejala gangguan berkemih yang diyakini karena adanya sumbatan
kelenjar prostat pada kandung kemih.
ETIOLOGI
1. Beberapa studi mengatakan faktor
genetik merupakan Predisposisi, karena hampir 50% laki -laki umur 60 tahun yang
menjalani operasi hiperplasia prostat benigna.
2. Banyaknya testosteron yang bebas dan
aktif pada aliran vena prostat yang ekstrem tinggi akan meningkatkan
proliferase sel prostat dan menyebabkan pembesaran kelenjar prostat.
3. Dehidrotestosteron
(DHT), metabolit testosteron yang terdapat di sel stroma bila berikatan dengan
reseptor androgen akan menyebabkan pertumbuhan sel epitel dan sel stroma
sehingga mengakibatkan pembesaran kelenjar prostat.
PATOGENESIS
Penumpukan dehidrotestosteron (DHT)
dalam kelenjar prostat menjadi mediator terjadinya hiperplasia prostat.
Hampir 90% testosteron dalam prostat berasal dari testis dan sisanya berasal dari kelenjar adrenal. Testosteron, andogen yang terbesar dalam sirkulasi, menyebar ke seluruh prostat, dan predominan berubah menjadi DHT oleh enzim 5-alfa reduktase. Testosteron dan DHT berikatan dengan reseptor androgen dan hasilnya meningkatkan biosintesis protein dan hiperplasia.
Hampir 90% testosteron dalam prostat berasal dari testis dan sisanya berasal dari kelenjar adrenal. Testosteron, andogen yang terbesar dalam sirkulasi, menyebar ke seluruh prostat, dan predominan berubah menjadi DHT oleh enzim 5-alfa reduktase. Testosteron dan DHT berikatan dengan reseptor androgen dan hasilnya meningkatkan biosintesis protein dan hiperplasia.
DERAJAT BPH
Derajat
|
Rectal
Toucher
|
Volume
Sisa Urin
|
I
|
Penonjolan
prostat , batas atas mudah diraba
|
50 ml
|
II
|
Penonjolan
prostat jelas, batas atas dapat dicapai
|
50 -
100 ml
|
III
|
Batas
atas prostat tidak dapat diraba
|
>100ml
|
IV
|
|
Retensi
Urin Total
|
PENEGAKAN
DIAGNOSA BPH
1.
Anamneses
dan Pemeriksaan Fisik
A. ANAMNESIS
Ketika
Anda mengumpulkan riwayat kesehatan, pastikan untuk meenyertakan data-data
berikut : tanggal dan waktu pengumpulan riwayat kesehatan dan mengidentifikasi
data (nama, usia, jenis kelamin, status pernikahan dan pekerjaan)⁽¹⁾
Setelah
itu, tanyakan kepada pasien apa keluhan yang dialami pasien sehingga datang
untuk bertemu dengan Anda. Setiap gejala utama harus jelas karakteristiknya.
Maka dari itu perlu untuk menyakan beberapa hal kepada pasien.⁽¹⁾
§ Lokasi
§ Kualitas
§ Kuantitas
atau keparahan
§ Waktu,
meliputi durasi dan frekuensi
§ Keadaan
saat masalah terjadi
§ Faktor-faktor
yang memperburuk dan mengurani gejala
§ Riwayat
pemakaiaan obat meliputi,nama, dosis, lama penggunaan obat
§ Riwayat
penyakit terdahulu
§ Riwayat
penyakit keluarga
Pada
system urinary ada beberapa hal
penting yang perlu kita tanyakan untuk meninjau apakah ada keadaan patologis
pada sistem tersebut, diantaranya :
1. Frekuensi
buang air kecil
2. Poliuria
3. Nokturia
4. Urgency
5. Perasaan
terbakar atau nyeri saat buang air kecil
6. Hematuria
7. Incontinensia
Pada
pasien laki-laki, berkurangnya kaliber atau kekuatan pancaran urun, hecitancy, serta kencing yang menetes.³
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran
kemih sebelah bawah, WHO menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat
gangguan miksi yang disebut Skor Internasional Gejala Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom
Score). Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang
berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu
pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan
yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5, sedangkan
keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7.
Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan
gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu:
– Ringan : skor 0-7
– Sedang : skor 8-19
– Berat : skor 20-35
Jumlah
nilai :
0 = baik sekali 3 = kurang
1 = baik 4 = buruk
2 = kurang baik 5 = buruk sekali
A. PEMERIKSAAN
FISIK PADA SISTEM URINARY
ü Kepala
Inspeksi : Apakah ditemukan edema
pada palpebra, konjungtiva palpebra inferior pucat (anemia)
ü Leher
Tekanan Vena Jugularis, diukur
menggunatakan penggaris. Pada keadaan normal TVJ dijumpai R-2cm H₂O.⁴
ü Thorax
Inspeksi : mengetahui adanya lesi
pada dinding dada, kelainan bentuk dada dan menilai frekuensi , sifat dan pola
pernafasan
Auskultasi : suara nafas tambahan⁵
ü Abdomen
Inspeksi : simetris atau asimetris
Auskultasi : bunyi usus
Palpasi : merasakan apakah ada
pembesaran pada hepar, pada pemeriksaan ginjal dilakukan pemeriksaan
ballotement. Palpasi dilakukan dalam 2 tahap yaitu palpasi permukaan
(superficial) dan palpasi dalam (deep palpation).
Pemeriksaan
sudut kostovertebral pinggang, pada pemeriksaan ini telapak tangan kiri
diletakkan di sudut kosovertebral kanan atau kiri lalutangan kanan yang telah
dikepalkan dipukulkan pada punggung tangan kiri. Bila pmeriksaan tersebut
pasien mengeluh nyeri menunjukkan adanya infeksi pielonefritis akut.⁶
ü Ekstremitas
Inferior
Edema bilateral⁷
ü Colok
Dubur
Pemeriksaan colok
dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek
bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam
rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan
:
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
2. Adakah asimetris
3. Adakah nodul pada prostate
4. Apakah batas atas dapat diraba
5. Sulcus medianus prostate
6. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar,
konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus
kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum.
Semakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk
diraba. Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau
teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu
prostat akan teraba krepitasi
1.
Gejala
Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
Gejala klinis :
Dibagi dalam dua
keluhan
Gejala obstruksi
: penurunan kekuatan dan besarnya aliran urin, perasaan pengosongan urin dari
kandung kemih yang tidak tuntas
Gejala iritasi :
urgency, peningkatan frekuensi berkemih, dan nokturia
Tanda Klinis
Biasanya
ditemukan dengan pemeriksaan colok dubur : konsistensinya kenyal, teraba halus,
lunak, dan elastis. Apabila curiga akan keganasan maka evaluasi lebih lanjut
dengan pemeriksaan PSA, USG, dan biopsi.
Pemeriksaan
Penunjang
A.
Pemeriksaan
Laboratorium
·
Pemeriksaan
PSA (Prostat Spesific Antigen)
Kadar PSA normal : <4 ng/ml
Pembesaran ringan : 4-10
ng/ml
Pembesaran sedang :
10-20 ng/ml
Pembesaran berat : 20-35
ng/ ml
Seseorang yang mempunyai kadar PSA
ringan biasanya masih normal atau
bukan keganasan.
·
Urinalisis:
menunjukkan adanya infeksi atau kondisi lain
yang sangat mendukung diagnosis maupun komplikasi dari hiperplasia
prostat
·
Faal
ginjal : akibat obstruksi karena hiperplasia prostat
·
Pemeriksaan
urodinamik : mengukur volume dan tekanan urin di dalam kandung kemih dan untuk
mengevaluasi aliran urin
·
Uroflowmetry
: menentukan kecepatan dan kesempurnaan kandung kemih dalam pengosongan urin
dan untuk mengevaluasi obstruksi akibat hiperplasia prostat
B.
Pemeriksaan
Patologi
Kelenjar
membesar oleh nodul-nodul berbagai ukuran yang tumbuh pada periuretral. Nodul
yang tumbuh di lateral uretra dapat menekan lumen uretra menjadi seperti celah.
Nodul yang tumbuh lebih medial dapat menonjol langsung ke lantai uretra
proksimal, menimbulkan obstruksi.
Miksrokopik,
nodul terdiri atas proliferasi kelenjar dan stroma fibromuskular. Umum
ditemukan dilatasi kistik kelenjar dan menambah nodularitas lebih lanjut.
Epitel kelenjar hiperplastik dapat membentuk papil-papil tidak teratur, tetapi
tetap dua lapis sel yang karakteristik untuk kelenjar prostat normal.
C.
Pemeriksaan
Radiologi
ü
TRUS
(Transrektal ultrasonography) : pembesaran prostat, volume kandung kemih,
mengukur sisa urin, keadaan patologi lain)
ü
Sistoskopi : besar prostat dengan mengkur panjang uretra
pars prostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra
I.
PENATALAKSANAAN
BPH
Berikut
ini adalah bagan penatalaksanaan BPH menurut American Urological Association (AUA) :
Penatalaksanaaan
terhadap BPH bergantung pada score IPPS. Apabila scorenya kurang dari atau sama
dengan 7, maka teraapi yang dilakukan adalah terapi observasi (watchful waiting) dan terapi medic.
Namun, apabila scorenya melebihi atau sama dengan 8, maka penatalaksanaannya
adalah terapi pembedahan. Berikut adalah penjabaran dari masing-masing terapi.
1. Terapi
observasi (watchful waiting)
Diindikasikan
kepada penderita dengan score IPSS kurang dari atau sama dengan 7 karena pada
kondisi ini dapat terjadi progresivitas penyakit yang spontan sehingga sangat
memerlukan tindakan observasi untuk keberhasilan terapi.
2. Terapi
medic (medical therapy)
Berikut
ini adalah beberapa obat yang digunakan dalam terapi medic BPH :
·
Alfa adrenergik
bloker/penghambat alfa
Bekerja dengan cara menghambat
pelepasan noradrenalin endogen pada otot polos sehingga menurunkan tonus
prostat dan mengurangi obstruksi saluran kandung kemih. Di Indonesia ada
beberapa jenis obat yang merupan jenis dari golongan ini : alfuzosin HCL,
doxazosin mesylate, tamsulosin HCl dan terazosin HCl dengan manfaat menurunkan
gejala 35%-45% dan meningkatkan maximum urinary flow rate (Qmax ) hingga
20%-25%. Frekuensi pemberian cukup sekali/hari. Yang sering digunakan adalah
tamsulosin dengan dosis 0.4 mg orally/day dan dosis maksimalnya 0.8 mg
orally/day. Efek sampingnya meliputi kepala pusing (dizziness) dan hipotensi ortostatik.
·
5 Alfa reduktase
inhibitor
Bekerja dengan cara menghambat
5 alfa reduktase yang merupakan enzim yang mengubah testosteron menjadi
DTH sehingga diharapkan dapat memperkecil prostat. Ada 2 tipe 5 alfa reduktase,
yaitu : tipe 1 yang aktivitasnya predominan diluar prostat (kulit dan hati)
dan tipe 2 dengan aktivitas yang dominan
pada kelenjar prostat . 5 alfa reduktase inhibitor lebih dominan bekerja pada
enzim ini dengan tipe 2. Jenis yang
direkomendasikan : Dutasteride 0.5 mg/hari dan Finasteride 5 mg/hari . Manfaat
akan terlihat setelah 6-12 bulan (cocok untuk terapi jangka panjang),
mengurangi gejala saluran kemih bagian bawah sebanyak 15-30%, penurunan volume
prostat 18-25 % dan peningkatan Qmax bebas uroflowmeter sekitar 1.5-2.0
ml/detik. Efek samping : penurunan libido, disfungsi ereksi dan gangguan
ejakulasi serta ginekomastia pada 1-2%
penderita.
·
Fitofarmaka
Penggunaannya masih diperdebatkan.
Jenis obat ini mnegandung phytosterol yang memiliki antiinflamasi,
antiandrogenik ataupun efek estrogenik, menghambat aromatase dan lipoksigenase
(faktor pertumbuhan yang merangsang ploriferasi sel prostat, alfa adrenoseptor
5 alfa reduktase, muscarinic cholinoceptor), memperbaiki fungsi detrusor dan menetralkan
radikal bebas. Menurut penelitian, zat ini terdapat pada curcubita pepo (pumpkin seed), secale sereale (rye pollen) dan urtica dioica(root of the stinging nettle)
·
Terapi kombinasi
Hasil study MTOPS(Medical Therapy of Prostatic Symptom) dan CombAT
(Combination of Avodart and Tamsulosin) menunjukkan bahwa terapi kombinasi lebih
superior dibandingkan monoterapi dalam mencegah progresivitas berdasarkan
kriteria IPSS. Didapatkan adanya penurunan seluruh resiko progresivitas
penyakit sebanyak 66% vs 44%, progresivitas gejala klinik 81% vs 41%, retensi
urin akut 81% vs 68%, inkontinensia urin 65% vs 26% dan pembedahan prostat 67%
vs 71% . Penggunaan jenis ini tidak direkomendasikan untuk terapi jangka pendek
(< 1 tahun). Obat yang dikombinasikan meliputi Penghambat alfa + penghambat
5 alfa reduktase, terazosin + Finasteride, tamsulosin + dutasteride.
·
Terapi pembedahan
Indikasi : tidak menunjukkan
perbaikan terapi medikamentosa, retensi urin,infeksi saluran kemih berulang,
hematuria, gagal ginjal, timbul batu saluran kemih akibat obstruksi saluran
kemih bangian bawah. Tindakan pembedahan dilakukan oleh spesialis bedah
urologi. Beberapa tindakan pembedahan : transurethral resection of the
prostat (TURP), transurethral incision of the prostat, open simple
prostatectomy, laser terapy, transurethral balloon dilatation of the prostat, intraurethral
stents.
I.
KOMPLIKASI DAN
PROGNOSIS BPH
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada
pasien BPH antara lain:
Seiring dengan semakin beratnya BPH,
dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati
prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan apabila tidak diobati,
dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Kerusakan traktus urinarius bagian atas
akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi
yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen yang akan menimbulkan hernia
dan hemoroid.
Stasis urin dalam vesiko urinaria akan
membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria.
Selain itu, stasis urin dalam vesika
urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan
sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis.
Prognosis
Menurut Birowo dan Rahardjo, prognosis
BPH adalah:
1.
Tergantung
dari lokasi, lama dan kerapatan retensi.
2.
Jika
pembesaran prostat ke arah lateral, maka tidak menggangu uretra tempat jalannya
urin. Namun jika pembesarannya menekan ke arah tengah, maka akan menekan uretra
dan membuat aliran urin terhambat.
3.
Keparahan
obstruksi yang lamanya 7 hari dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Jika
keparahan obstruksi diperiksa dalam dua minggu, maka akan diketahui sejauh mana
tingkat keparahannya. Jika obstruksi keparahannya lebih dari tiga minggu maka
akan lebih dari 50% fungsi ginjal hilang.
4.
Prognosis
yang lebih buruk ketika obstruksi komplikasi disertai dengan infeksi.
5.
Umumnya
prognosis lebih bagus dengan pengobatan untuk retensi urine.
I.
INDIKASI
RUJUKAN
o Tidak
menunjukkan perbaikan dengan terapi medikamentosa
o Retensi
urin
o Infeksi
saluran kemih berulang
o Hematuria
o Gagal
ginjal
o Timbul
batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih bagian
bawah
Kesimpulan
Berdasarkan
pemicu dapat disimpulkan bahwa, laki-laki umur 60 tahun tersebut didiagnosis
terkena Benign Prostat Hyperplasia derajat 3.
Daftar Pustaka
ü R Sjamsuhidajat
, Wim de jong . 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
ü Sukandar, Enday.
2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: interpublishing
ü Sjamsuhidayat.2005.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta: EGC
ü Moore, Keith L and Arthur F. Dalley.2013. Anatomi Berorientasi Klinis jilid 1. 3th ed.
Jakarta: Erlangga
ü Sherwood,
Lauralee.2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta : EGC
ü
3,
Eroschenko,
Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 11.Jakarta:
EGC
0 komentar:
Posting Komentar