Minggu, 26 Maret 2017
Makalah
Tutorial
Haid
yang Tidak Teratur
Erwin Piter Sibarani (15000022)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga laporan tutor ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun berdasarkan pemicu
tentang ”Haid yang Tidak
Teratur“. Dalam kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada pembimbing selama tutorial berlangsung
dan teman-teman kelompok yang telah ikut berpartisipasi mengambil bagian dalam
penyelesaian laporan ini.
Kami
menyadari bahwa yang ada dalam laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
perlu adanya kritik dan saran yang membangun sehingga membantu dalam
penyempurnaan laporan ini. Kami berharap kiranya laporan ini ada manfaatnya
bagi yang membacanya.
Medan, Maret 2017
PEMICU
Ny. A, usia 32 tahun P2A0, datang ke
Puskesmas dengan keluhan haid yang tidak teratur. Keluhan ini sudah dirasakan 6
bulan ini, perdarahan diluar siklus menstruasi, kadang banyak dan bergumpal.
Ibu ini adalah akseptor KB suntik per 3 bulan dan sudah dijalaninya selama 1
tahun ini. Sudah berobat ke klinik dan diberikan obat anti perdarahan, tetapi
tidak ada perbaikan.
Apakah penyakit yang diderita ibu ini?
More Info:
Pada pemeriksaan didapati BMI (Body Mass Index) 30,1.
Pada pemeriksaan USG tidak didapati
massa tumor pada organ reproduksi.
UNFAMILIAR
TERM
P2
: Parity 2; keadaan perempuan yang telah melahirkan anak yang viabel.
A0
: Abortus 0; janin dengan berat kurang dari 500 g atau memiliki usia
gestasional kurang
dari 20 minggu pada waktu dikeluarkan dari uterus sehingga tidak
memiliki harapan
untuk hidup.
MASALAH
Haid yang tidak teratur dan penggunaan
KB suntik per 3 bulan.
ANALISA
MASALAH
HIPOTESA
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA)
LEARNING
ISSUE
1.
Fisiologi Menstruasi
2.
Patofisiologi Haid yang Tidak Teratur
3.
Diagnosis Banding Haid yang Tidak
Teratur
4.
Defenisi, Etiologi, dan Faktor Resiko
PUA
5.
Klasifikasi PUA
6.
Penegakkan Diagniosis PUA
7.
Penatalaksanaan PUA
8.
Komplikasi dann Prognosis
PEMBAHASAN
LEARNING ISSUE
1. Fisiologi Menstruasi
Siklus mestruasi berjalan bersamaan dengan
siklus ovarian. siklus ini terdiri dari pembentukan endometrium selama siklus
mestruasi kemudian diikuti oleh proses peluruhan. Siklus ini terbagi dari fase
proliferasi, fase sekretori, fase pre-menstruasi, fase menstruasi. Fase
menstruasi biasanya terjadi selama 5 hari.
1. Fase proliferasi
Lapisan endometrium yang hilang pada fase menstruasi
sebelumnya akan mulai dibentuk kembali di fase ini. Pada akhir hari ke 5
endometrium hanya terdiri dari stratum basalis. Tetapi ketika folikel baru
banyak terbentuk akan meningkatkan sekresi estrogen, estrogen akan menstimulasi
mitosis di stratum basalis dan pertumbuhan pembuluh darah di sekitarnya. Pada
hari ke 14 endometrium akan menjadi tebal sebanyak 2 atau 3mm. Estrogen juga
membuat endometrium mensitesis reseptor progesteron yang diperlukan di fase
berikutnya.
2. Fase sekretori
Penebalan dinding yang terjadi pada
fase ini bukan karena mitosis melainkan karena sekresi cairan fase dimulai di
hari ke 15 (setelah ovulasi) sampai hari
ke 26. Setelah ovulasi corpus luteum mensekresi progesteron. Hormon ini akan
menstimuli glikogen yang akan membuat dinding endometrium tebal oleh sekresi
cairan. Diakhir fase ini endometrium akan setebal 5 mm.
3. Fase
pre-menstrual
2 hari terakhir pada siklus mestruasi, periode dimana
terjadinya degenerasi endometrium. Ketika tidak terjadi kehamilan, corpus
luteum akan mengalami atrofi dan progesteron akan turun drastis. Penurunan
progesteron memicu kontraksi spasmodik dari pembuluh darah endometrium
menyebabkan iskemik pada dinding endometrium. Ketika kelenjar, stroma dan
pembuluh darah mengalami degenerasi darah berkumpul pada stratum fungsionalis.
Endometrium yang mengalami nekrosis jatuh dari dinding uterus bercampur dengan
darah di lumen membentuk cairan menstruasi.
4. Fase menstruasi
Ketika cairan menstruasi yang
berkumpul sudah banyak berkumpul di uterus kemudian mulai dikeluarkan dari
vagina. Hari pertama pengeluaran akan ditandai sebagai hari pertama, wanita
normal mengeluarkan cairan sebanyak 40mL darah dan 35ml cairan serous selama 5
hari. Cairan menstruasi mengandung fibrinolysin sehingga darah tidak menggumpal.
2. Patofisiologi Haid yang
Tidak Teratur
Individu yang memiliki timbunan lemak
yang berlebihan memiliki resiko untuk terjadinya disfungsi endokrin, seperti
stimulasi estrogen yang berlebihan dan anovulasi. Hal ini dikarenakan estrogen
dibentuk oleh sel lemak. Wanita obesitas memiliki kadar serum estrone dan
estradiol yang lebih tinggi, hal itu dimungkinkan sebagai hasil dari produksi
estrogen pada jaringan adiposa oleh aromatisasi dari androstenedione.
Pada keadaan obesitas, terutama obesitas
abdominal terjadi hiperaktivitas pada poros Hipothalamus-Hipofisis-Adrenal yang
menyebabkan produksi estrogen secara terus-menerus oleh persistensi folikel
yang tidak pecah, sehingga tidak terjadi korpus luteum yang akan mensekresikan
progesteron mengakibatkan tidak terjadinya ovulasi. Selain itu, wanita yang
obesitas juga mengalami penurunan kadar dari sex hormone-binding globulin,
dengan demikian akan meningkatkan kadar dari bioavailable estrogen. Adanya
estrogen yang berlebihan dan tidak adanya progesteron menyebabkan proliferasi
endometerium selama beberapa minggu atau bulan2 yang akan terlihat sebagai
perdarahan, karena ketidakseimbangan hormonal.
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi
hormonal jenis suntikan yang dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (depot
medroksiprogesterone asetat) dan kombinasi. Suntik DMPA berisi depot
medroksiprogesterone asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml
secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Baziad, 2002). Efek samping
penggunaan suntik DMPA adalah gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan
jerawat. Gangguan haid yang sering ditemukan berupa siklus haid yang memendek
atau memanjang, perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur
atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore) (BKKBN,
2003).
Kontrasepsi
suntik 3 bulan adalah kontrasepsi jenis suntikan yang berisi hormon progesteron
saja dan tidak mengandung hormon estrogen, dosis yang diberikan adalah 150
mg/ml secara intramuskuler setiap 12 minggu. Mekanisme kerja dari KB suntik 3
bulan adalah mencegah ovulasi, membuat lendir servik menjadi kental, membuat
endometrium kurang baik untuk implantasi dan mempengaruhi kecepatan transpotasi
ovum didalam tuba fallopi. Efek samping
dari KB suntik 3 bulan adalah mengalami gannguan haid, penambahan berat
badan, mual, berkunang-kunang, sakit kepala, nervositas, penurunan libido dan
vagina kering. Dari beberapa efek samping tersebut yang paling sering dialami
oleh akseptor adalah gangguan haid. Gejala gangguan haid yang terjadi antara
lain tidak mengalami haid (amenorea), perdarahan berupa bercak-bercak
(spotting), perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak dari biasanya
(menorarghia).
3. Diagnosis Banding Haid
yang Tidak Teratur
4.
Defenisi,
Etiologi, dan Faktor Resiko Perdarahan Uterus Abnormal
Perdarahan uterus
abnormal merupakan ketidakteraturan,
lama dan jumlah darah yang
keluar dari vagina disebabkan oleh faktor patologis,
fisiologis atau dapat disebabkan oleh faktor hormonal,
berbagai komplikasi kehamilan. Pola perdarahan abnormal seringkali sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis secara individual.
Menoragi
(hipermenore)
adalah menstruasi yang berlarut-larut atau aliran menstruasi yang hebat yang
lebih jauh dapat dipersulit oleh gumpalan darah. Menoragi dapat disebabkan oleh
leiomioma (seringkali submukosa), komplikasi kehamilan, hiperplasia
endometrium, adenomiosis, keganasan atau koagulopati.
Metroragi
(perdarahan intermenstruasi) didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi
antara dua periode menstruasi. Penyebab metroragi adalah perdarahan pertengahan
siklus (ovulasi), polip endometrium, kanker endometrium atau serviks, produksi
estrogen endogen dan pemberian estrogen eksogen.
Menometroragi
adalah
perdarahan yang terjadi pada interval yang tidak teratur. Biasanya jumlah dan
lama perdarahan bervariasi. Penyebab menometroragi sama dengan penyebab
metroragi.
Polimenore
adalah perdarahan seperti-menstruasi yang terjadi terlalu sering. Penyebab
polimenore biasanya adalah anovulasi tetapi kadang-kadang kesalahannya pada
fase luteal yang memendek.
Perdarahan
pasca koitus (perdarahan kontak) harus diselidiki
untuk menyingkirkan kanker serviks meskipun penyebab yang paling umum adalah
jinak termasuk eversi serviks, polip serviks, dan infeksi vagina atau serviks.
Hipomenore
(kriptomenore atau perdarahan bercak) adalah perdarahan menstruasi ringan
yang tidak biasa. Kemungkinan penyebabnya adalah osbtruksi (masalah himen atau
serviks), pelekatan uterus (sindrom Asherman) dan dosis kontrasepsi oral yang
tidak sesuai (dapat dikoreksi).
Oligomenore
adalah menstruasi yang terjadi dengan interval >35 hari.
Etiologi dari
perdarahan uterus abnormal :
Faktor
resiko perdarahan uterus abnormal :
·
Usia
·
Obesitas
·
Faktor kejiwaan.
5. Klasifikasi Perdarahan
Uterus Abnormal
Berdasarkan
jenis perdarahan:
Ø Perdarahan
uterus abnormal akut didefenisikan sebagai perdarahan haid yang banyak sehingga
perlu dilakukan penanganan segera untuk mencegah kehilangan darah.
Ø Perdarahan
uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk perdarahan uterus abnormal
yang telah terjadi lebih dari 6 bulan.
Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang segera seperti PUA akut.
Berdasarkan penyebab perdarahan:
Kelompok
‘PALM’ merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai dengan berbagai teknik
pencitraan atau pemeriksaan histopatologi.
Kelompok
‘COEIN’ merupakan kelainan non struktural yang tidak dapat dinilai dengan
teknik pencitraan atau histopatologi.
Coagulopathy
Terminologi koagulopati digunakan untuk
merujuk kelainan hemostasis sistemik yang mengakibatkan PUA.
Ovulatory
dysfunction
Kegagalan terjadinya ovulasi yang
menyebabkan ketidakseimbangan hormonal yang dapat menyebabkan terjadinya
pendarahan uterus abnormal.
Endometrial
Pendarahan uterus abnormal yang terjadi
pada perempuan dengan siklus haid teratur akibat gangguan hemostasis lokal
endometrium.
Iatrogenik
Pendarahan uterus abnormal yang
berhubungan dengan penggunaan obat-obatan
hormonal (estrogen, progestin)ataupun
non hormonal (obat-obat antikoagulan)
atau AKDR.
Not yet classified
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain
yang jarang atau sulit dimasukkan dalam
klasifikasi (misalnya adalah
endometritis kronik atau malformasi arteri-vena).
6. Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Pada
pasien yang mengalami PUA, anamnesis perlu dilakukan untuk menegakkan dan
menyingkirkan diagnosis banding.
-
Anamnesis dilakukan untuk menilai kemungkinan adanya kelainan uterus, faktor
risiko kelainan tiroid, penambahan dan penurunan BB yang drastis, serta riwayat
kelainan hemostatis pada pasien dan keluarganya. Perlu ditanyakan siklus haid
sebelumnya serta waktu mulai terjadinya perdarahan uterus abnormal.
-
Prevalensi penyakit von Willebrand pada perempuan pendarahan haid banyak
rata-rata meningkat 10% dibandingkan populasi normal. Karena itu perlu
dilakukan pertanyaan untuk mengidentifikasi penyakit von willebrand atau
kemungkinan penyakit kelainan pembekuan darah lainnya.
-
Anamnesis harus dilakukan pada pengguna kontrasepsi hormonal dengan keluhan
pendarahan untuk mengetahui kemungkinan penyebab.
Pemeriksaan Fisik
ü Pemeriksaan
fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik.
ü Pastikan
bahwa pendarahan berasal dari kanalis servikalis dan tidak berhubungan dengan
kehamilan.
ü Pemeriksaan
IMT, tanda hiperandrogen, pembesaran kelenjar tiroid atau manifestasi
hipotiroid/hipertiroid, galaktorea (hiperprolaktinemia), gangguan lapang
pandang (adenoma hipofisis), purpura dan ekimosis wajib diperiksa.
ü Menyingkirkan
kehamilan
Pemeriksaan ginekologi
v Pemeriksaan
ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan Pap
smear
dan harus disingkirkan kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia
endometrium
atau keganasan.
Pemeriksaan laboratorium
Ø Perkiraan
kehilangan darah selama menstruasi
Ø Perkiraan dari pasien sendiri terhadap
perkiraan darah yang hilang.
Ø Menghitung
jumlah hari menstruasi
Ø Menghitung jumlah produk sanitari yang
digunakan
Ø Mengukur
kadar hemoglobin
Pemeriksaan ultrasonografi
Untuk mengidentifikasi kelainan di uterus
7. Penatalaksanaan
Perdarahan Uterus Abnormal
Penanganan pertama
Penangan pertama
ditentukan pada kondisi hemodinamik. Bila keadaan hemodinamik tidak stabil segera
masuk rumah sakit untuk perawatn perbaikkan keadaan umum. Bila keadaan
hemodinamik stabil, segera dilakukan penanganan untuk menghentikan perdarahan
seperti tertera di bawah ini.
Perdarahan akut dan
banyak
Perdarahan akut dan
banyak sering terjadi pada 3 kondisi yaitu pada remaja dengan gangguan
koagulopati, dewasa dengan mioma uteri, dan pada pemakaian obat
antikoagulansia. Ditangani dengan 2 cara, yaitu dilatasi kuret dan
medikamentosa.
·
Dilatasi dan keretase
Tidak mutlak dilakukan,
hanya bila ada kecurigaan keganasan dan kegagalan dengan terapi medikamentosa.
Perdarahan uterus abnormal dengan resiko keganasan yaitu bila usia > 35
tahun, obesitas dan siklus anovulasi kronis.
·
Penanganan medikamentosa
Ø Kombinasi
estrogen dan progestin
Perdarahan
akut dan banyak biasanya akan membaik bila diobati dengan kombinasi estrogen
dan progesteron dalam bentuk pil kontrasepsi. Dosis dimulai dengan 2x1 tablet
selama 5-7 hari dan setelah terjadi perdarahan lucut dilanjutkan 1x1 tablet
selama 3-6 siklus. Dapat pula diberikan dengan dosis tapering 4x1 tablet selama
4 hari, diturunkan dosis menjadi 3x1 tablet selama 3 hari, 2x1 tablet selamaa 2
hari, 1x1 tablet selama 3 minggu kemudian berhenti tanapa obat selama 1 minggu,
dilanjutkan pil kombinasi 1x1 tablet selama 3 siklus. Pemakaian pil kontrasepsi
kombinasi akan mengurangi jumlah darah haid sampai 60% dan patofisiologi
terjadinya kondisi anovulasi akan terkoreksi sehingga perdarahan akut dan
banyak akan disembuhkan.
Ø Estrogen
Terapi estrogen dapat diberikan dalam 2
bentuk, intravena atau oral, tetapi sediaan intravena sulit didapatkan di
Indonesia. Pemberian estrogen oral dosis tinggi cukup efektif untuk mengatasi
perdarahan uterus abnormal, yaitu estrogen konjugasi dengan dosis 1,25 mg atau
17β estradiol 2 mg setiap 6 jam selama 24 jam. Setelah perdarahan berhenti
dilanjutkan dengan pemberian terapi estrogen
Ø Progestin
Progestin diberikan selama 14 hari kemudian berhenti
tanpa obat selama 14 hari diulang selama 3 bulan. Biasanya progestrin diberikan
bila ada kontraindikasi terhadap estrogen. Saat ini tersedia beberapa sediaan
progestin oral yang bisa digunakan yaitu Medroksi progesteron asetat (MPA)
dengan dosis 2x10 mg, Noretisteron asetat dosis 2x5 mg, Didrogesteron dosis
2x10 mg dan Normogestrol asetat dosis 2x5 mg. Dalam pemilihan jenis progestin
harus diperhatikan dosis yang kuat untuk menghentikan perdarahan uterus
abnormal Progestin merupakan anti estrogen yang akan menstimulasi aktivitas
enzim 17β hidroksisteroid dehidrogenase dan sulfotranferase sehingga mengonversi
estradiol menjadi estron. Progestin akan mencegah terjadinya endometrium
hiperplasia.
Perdarahan Ireguler
Perdarahan ireguler
dapat dalam bentuk metroragia, menometroragia, oligomenorea, perdrahan
memanjang yang sudah terjadi dalam hitungan minggu atau bulan dan berbagai
bentuk pola perdarahan lainnya. Bentuk pola perdarahan diatas digabungkan
karena mempunyai penanganan yang relatif sama. Perdarahan ireguler melibatkan
banyak macam pola perdarahan dan tentunya mempuyai berbagai macam penyebab.
Metroragia, menometroragia, oligomenorea, perdarahan yang bisa terjadi. Sebelum
memulai dengan terapi hormon sebaiknya penyebab sistemik dievaluasi lebih dulu.
·
Periksa TSH: evaluasi penyakit
hipotiroid dan hipertiroid sebaiknya dilakukan sejak awal
·
Periksa prolaktin: bila ada oligomenorea
dan hipomenorea
·
Lakukan PAP smear: bila didapatkan
perdarahan pascasanggama
Bila curiga atau
terdapat resiko keganasan endometrium lakukan biopsi endometrium an
pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan dengan USG transvagina. Bila terdapat
keterbatasan untuk melakukan evaluasi tersebut, dapat segera dilakukan
pengobatan, yaitu:
·
Kombinasi estrogen progestin
Pil
kontrasepsi kombinasi dosis 1x1 tablet sehari, diberikan secara siklis selama 3
bulan
·
Progestin
Bila
terdapat kontraindikasi pemakaian pil kontrasepsi kombinasi, dapat diberi
progestin misalnya: MPA 10mg 1x1 tablet per hari. Pengobatan dilakukan selama
14 hari dan dihentikan selama 14 hari. Pengobatan progestin diulang selama 3
bulan.
Bila pengobatan
medikamentosa gagal sebaiknya dipertimbangkan untuk dirujuk ke tempat
pengobatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Pemeriksaan USG transvagina
atau infus salin sonohisterografi dilakukan untuk mendeteksi mioma uteri dan
polip endometrium. Kegagalan terapi medikamentosa bila menjadi pertimbangan
untuk melakukan tindakan bedah, misalnya ablasi endometrium, reaksi
histeroskopi dan histerektomi.
Pada keadaan tertentu
terjadi variasi minor perdarahan ireguler yang tidak diperlukan evaluasi
seperti diterangkan diatas. Perdarahan irreguler yng terjadi dalam 2 tahun
setelah monarke biasanya karena anovulasi akibat belum matangnya poros
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Haid tidak datang dengan interval memanjang
sering terjadi pada periode perimenopause. Pada keadaan demikian konseling
sangat diperlukan, tetapi bila diperlukan dapat diberi kombinasi estrogen
progesteron
Menoragia
Menoragia adalah
perdarahan lebih dari 80 ml atau ganti pembalut lebih dari 6 kali perhari
dengan siklus yang normal teratur. Perhitungan jumlah darah seringkali tidak
sesuai dengan jumlah perdarahan yang keluar. Menoragia dapat ditangani tanpa
biopsi endometrium. Karena siklusnya yang masih teratur jarang merupakan tanda
kondisi keganasan. Walaupun demikian, bila perdarahan leih dari 7 hari atau
terapi dengan obat gagal, pemeriksaan lanjut menggunakan USG transvagina dan
biopsi endometrium sangat dianjurkan. Pemeriksaan faal pembekuan darah
sebaiknya dilakukan.
Pengobatan
medikamentosa
·
Kombinasi estrogen dan progestin
Tata cara pengobatan
sesuai pada pengobatan perdarahan ireguler
·
Progestin
Diberikan bila terdapat
kontraindikasi pemakaian estrogen. Tata cara pengobatan sesuai dengan
pengobatan perdarahan ireguler
·
NSAID
·
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
berisi Levonorgestrel
AKDR Levonorgestrel
terbukti efektif dan efisien dibandingkan operasi histerektomi pada kasus
menoragia
Penanganan
dengan Medikamentosa Nonhormon
Penangan
medikamentosa diberikan bila tidak ditemukan keadaan patologi pada panggul.
Tujuan medikamentosa tersebut adalah mengurangi jumlah darah yang keluar,
menurunkan resiko anemia, dan meningkatkan kualitas hidup. Medikamentosaa
nonhormon yang dapat digunakan untuk perdrahan uterus abnormal adalah sebagai
berikut
Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)
Asam
mefenamat diberikan dengan dosis 250-500 mg 2-4 kali sehari. Ibuprofen
diberikan dengan dosis 600-1200 mg per hari. NSAID dapat memperbaiki hemostasis
endometrium dan mampu menurunkan jumlah darah haid 20-50%. Efek samping secara
umum adalah dapat menimbulkan keluhan gastroinstestinal dan merupakan
kontraindikasi pada perempuan dengan ulkus peptikum.
Penanganan
dengan terapi Bedah
Faktor
utama yang mempengaruhi pilihan penanganan perdarahan uterus abnormal adalah
apakah penderita telah menggunakan pengobatan medikamentosa pilihan pertama dengan
sedikit kesembuhan atau tidak ada perbaikan keluhan sama sekali. Jika keadaan
ini terjadi, penderita akan menolak untuk kembali ke pengobatan medikamentosa,
sehingga terapi bedah menjadi pilihan.
Histerektomi merupakan
prosedur bedah utama yang dilakukan pada kegagalan erapi medikamentosa.
Beberapa prosedur bedah
yang saat ini digunakan pada penanganan perdarahan uterus abnormal adalah
ablasi endometrium, reaksi transerviks, histeroskopi operatif, miomektomi,
histerektomi dan oklusi atau emboli arteri uterina.
8. Komplikasi dan
Prognosis
Komplikasi
• Anemia defisiensi besi
(Fe)
• Syok hemoragik
Prognosis
•
Single episodes
Prognosis baik
• Repetitive episodes
Prognosis menurun akibat terjadi
peningkatan resiko anemia
KESIMPULAN
Ny. A, usia 32 tahun mengalami
perdarahan uterus abnormal.
DAFTAR
PUSTAKA
Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 29.
2015. Elsevier.
Kenneth S, Saladin. ANATOMY & PHYSIOLOGY: THE UNITY OF FORM AND FUNCTION, SIXTH EDITION. 2015.
McGraw-Hill: Philadelphia.
World
Health Organization. Family Planning A Global Handbook for
Providers-Evidence-Based Guidance Developed. 2011.
Whqlibdoc.who.int/publications/2011/9780978856373eng.pdf .